Selasa, 08 Juli 2008

MODEL-MODEL PENELITIAN, DISTINGSI ANTARA
SATU DENGAN YANG LAINNYA


A. Model-model penelitian
1. Berdasarkan Tempat

a. Penelitian Pustaka
Suatu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan untuk menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan, baik berupa buku-buku, periodikal-periodikal, seperti majalah-majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala, kisah-kisah sejarah, dokumen-dokumen dan materi perpustakaan lainnya, yang dapat dijadikan sebagai sumber rujukan untuk menyusun suatu laporan ilmiah.

b. Penelitian Laboratorium
Suatu penelitian yang dilakukan dalam laboratorium yaitu suatu tempat yang dilengkapi perangkat khusus untuk melakukan penyelidikan terhadap gejala tertentu melalui tes-tes atau uji yang juga dilakukan untuk menyusun laporan ilmiah.

c. Penelitian Lapangan
Suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau lokasi penelitian, suatu tempatyang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif sebagai terjadi lokasi tersebut, yang digunakan juga untuk penyusunan laporan ilmiah.


2. Berdasarkan Sifat
Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian dibedakan dalam 3 macam, yaitu:

a. Penelitian Dasar
Penelitian yang bermula dari kenyataan objektif yang diamati secara empirik, kemudian ditelaah melalui analisis untuk di susun sebagai laporan ilmiah.

b. Penelitian Vertikal
Penelitian vertikal, yaitu penelitian yang bermula dari teori yang ada, kemudian di hubungkan dengan kenyataan objektif yang diamati secara empirik yang ditelaah melalui analisis ilmiah sebagai koreksi atas kebenaran teori tersebut.


c. Penelitian Survey
Penelitian survey merupakan penelitian, yang ditujukan pada sejumlah besar individu atau kelompok; yang memiliki jumlah relative besar. Pengertian survey secara umum dibatasi pada penelitian yang datanya dari kumpulan dari sampel atau populasi untuk mewakili seluruh populasi. Dengan demikian penelitian survey merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sabagai alat pengumpulan data.

Penelitian survey dapat digunakan untuk beberapa maksud, diantaranya, yaitu:
v Untuk penjajagan
v Untuk menjelaskan
v Untuk mengkonfirmasi hubungan kausalitas dan pengujian hipótesis.
v Untuk mengevaluasi
v Untuk memprediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang.
v Untuk mengoperasionalkan
v Untuk mengembangkan indikator-indikator

3. Berdasarkan Jenis
a. Penelitian Ekploratif
Penelitian Ekploratif, yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan penjajakan atau pengenalan terhadap gejala tertentu. Untuk penelitian ini belum diperlukan rujukan teori dan penggunaan hipótesis.

b. Penelitian Deskriptif
Penelitian Deskriptif di rancang untuk memperoleh informasi tentang gejala atau kejadian pada saat penelitian itu dilaksanakan. Dalam penelitian deskriptif tidak ada pengaturan atau rekayasa terhadap objek penelitian. Objeknya dibiarkan berjalan seperti apa adanya, sedangkan tugas peneliti hanyalah mengamati kejadian tersebut kemudian menjelaskanya.

Beberapa jenis penelitian yang dapat di golongkan kedalam penelitian deskriptif, yaitu:
1) Studi Kasus
Studi kasus adalah suatu penyelidikan tentang seorang individu atau sekelompok kecil seperti sekolah, keluarga dan perkumpulan anak remaja. Dalam studi kasus peneliti berusaha untuk menyelidiki seorang individul atau suatu unit social secara mendalam mengenai semua variabel penting yang berhubungan dengan individu atau subjek tersebut dalam lingkungan yang terbatas.
2) Studi Perkembangan
Studi perkembangan, meneliti bagaimana perkembangan anak pada berbagai usia. Ada 2 cara atau teknik untuk mempelajari perkembangan anak:
Teknik longitudinal
Teknik Cross-sectional
3) Studi Tindak Lanjut
Studi tindak lanjut agak menyerupai studi longitudinal. Penelitian ini menyelidiki perkembangan subjek sesudah di berikan perlakuan tertentu.

c. Penelitian Konfirmatif
Yaitu suatu penelitian yang bermaksud menelaah dan menjelaskan pola hubungan antara dua variabel atau lebih yang jenis ini dukungan teori telah dibutuhkan, baik untuk digunakan sebagai landasan dalam mengajukan hipótesis maupun untuk menentukan kriteria pengumpulan.

d. Penelitian Evaluatif
Yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengevaluasi pelaksanaan dan di bedakan lagi kedalam 2 macam evaluasi sumatif dan pencapaian tujuan suatu program.

e. Penelitian Prediktif
Yaitu suatu penelitian yang meramalkan gejala yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.

4. Berdasarkan Guna
a) Penelitian murni
Yaitu suatu penelitian yang semata-mata digunakan untuk memelihara kesinambungan dan integrasi pemikiran ilmiah, guna menunjang perkembangan ilmu di bidang tertentu.
b) Penelitian Terapan
Yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk kepentingan praktis, baik untuk pengembangan atau perbaikan tata dan nilai sosial maupun tata nilai ekonomi.

B. Focus Riset di UIN
1. Penelitian Keagamaan
Penelitian agama dapat berupa penelitian naskah primer yang berupa penelitian kitab suci. Penelitian perpustakaan terhadap publikasi para ahli keagamaan, baik yang bersifat filsafat, hukum maupun akhlak merupakan kegiatan penelitian yang sering dilakukan terutama dalam kalangan akademik.



2. Penelitian Agama Islam
a) Syarat-Syarat Peneliti Agama Islam
Ia menguasai momenklator ajaran Islam
Menguasai metodologi ilmiah sam dengan bidang kajian dan masalahnya.
Memiliki komitmen yang tinggi yaitu kesediaan akan keharusan untuk mengakui kebenaran nilai yang datang dari ajaran agama.
Beragama Islam atau muslim yang memiliki kedalaman agama dan kedalaman sains dan teknologi.
Minimal menguasai 2 bahasa yaitu Arab dan Inggris

b) Ruang Lingkup Penelitian Agama Islam
Ajaran agama, untuk mencari makna yang terkandung didalamnya baik secara textual maupun konstekstual.
Bidang kajian aplikasi, implikasi dan dampak ajaran agama dalam kehidupan nyata baik dalam skala individual, keluarga kelompok, komunitas maupun bangsa dan negara.

PENELITIAN KUALITATIF

A. PARADIGMA DAN PROSEDUR KUANTITATIF

1. Paradigma dan Prosedur Kuantitatif
Paradigma kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Karena penolakannya terhadap unsur metafisis dan teologis, positivisme kadang-kadang dianggap sebagai sebuah varian dari Materialisme (bila yang terakhir ini dikontraskan dengan Idealisme).
Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge) yang valid adalah pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar.
Dalam penelitian kuantitatif diyakini sejumlah asumsi sebagai dasar otologisnya dalam melihat fakta atau gejala. Asumsi-asumsi dimaksud adalah;
(1) Obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, baik bentuk, struktur, sifat maupun dimensi lainnya.
(2) Suatu benda atau keadaan tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu; dan
(3) Suatu gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, melainkan merupakan akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Jadi diyakini adanya determinisme atau proses sebab-akibat (causalitas) dalam kaitannya dengan poin terakhir, lebih jauh Russel Keat & John Urry, seperti dikutip oleh tomagola.

2. Step-Step Kuantitatif
Berdasarkan teori-teori yang kita baca dari literatul banyak seKali model dan step penelitian kuantitatif. Adapun step-stepnya yaitu:
a. Masalah penelitian
Masalah penelitian ini adalah masalah empiris dan juga bisa dikatakan masalah penelitian adalah suatu kesenjangan yang terjadi antara harapan atau sesuatu yang diiinginkan dan kenyataan.

b. Sumber masalah
ü Masalah diperoleh dari pengalaman pribadi peneliti, dalan kehidupan sehari-hari kita sering melihat atau mengalami hal-hal yang tidak wajaryang menarik minat kita.
ü Masalah diperoleh dari membaca buku atau laporan penelitian.
ü Adanya kesenjangan antarateori dengan praktekdalam kehidupan sehari-hari.
ü Masalah dengan mencari masalah itu sendiri, karena masalah tesebut telah diberikan oleh orang atau lembaga lain.
ü Ada tantangan,keigin tahuan tentang sesuatu yang belum ada penjelasannya.
Dalam memunculkan suatu masalah harus ada argumentasi yang rasional, untuk itu peneliti harus menjelaskan deduksi lahirnga masalah dengan logika.
c. Cara memperoleh masalah
v Observation (melakukan observasi
Untuk mendapatkan masalah penelitian dapat diperoleh dengan cara melakukan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari kita. Peneli haru memiliki daya pengamayan yang jeli terhadap masalah-masalah yang terjadi dalam lingkungan dan mempertanyakam mengapa hal tersebut bisa terjadi.
v Brainstormin
Brainstorming dapat terjadi ketieka dua atau tiga orang mengeluarkan ide sebanyak mungkintentang suatu penelitian yang akan dibahas. Akan tetapi ide tersebut dapat diterima jika idenya relevan untuk diteliti.
v Membaca hasil penelitian
Mempelajari hasil penelitian sebelumnya akan membantu kita menyadari adanya masalah sehingga membuat kita bisa merumuskan masalah yang baru. Selain itu juga kita akan mendapatkan bahan-bahan apa yang yang harus dipelajari berkaitan dengan masalah tersebut.
v Perkembangan teknologi
Pengunaan suatu teknologi baru muncul dua type penelitian. Teknologi baru memungkinkan lebih mudah digunakan untuk meneliti masalah lama dibandingkan dengan masalah lama.
v Pengetahuan tentang Research Literature
Jika kita femeliar dangan Research Literatul dapat membantu dalam memperoleh masalah.

3. BENTUK-BENTUK MASALAH PENELITIAN
Bentuk rumusan masalah dalam pendidikan ada tiga macam yaitu;
a. Deskriptif adalah maslah dalam penelitian dengan variabel tunggal, baik hanya satu variabel atau lebih. Yang termasuk dalam penelitian deskriptif antara lain iyalah; penelitian survai, penelitian historis, penelitian filosofis.
b. Komporatif yakni rumusan masalah yang menmfokuskan kajian terhadap analisisperbandingan tentangsatu variabel atau lebih dari dua variabel.
c. Assosiatif adalah masalah penelitian yang memfokuskan pada kajian hubungan antar variabel, simetrik, kausalitas maupun resiprokal atau suatu pertanyaan penelitianyang bersifat hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penjelasan tiga hubungan assosiatif adalah:
Ø Hubungan simetris adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan muncul bersama.
Ø Hubungan kausal adalahhubungan yang sebabnya kerena ada sebsb akibat.
Ø Hubungan resiprocal adalah hubungan yang seling mempengaruhi antaru masalah yang satu dengan yang lainnya.
Rumusan masalah dapat ditulis dengan kalimat Tanya, bias satu masalah atau lebih.Kreteria masalah yang baik adalah :
a. Mempunyai kontribusi dan praktis, artinya hasil penelitian namtinya memberikan kontribusi atau andil yang jelas di bidang profesi atau keilmuamn
b. Mempunyai derajat keunikan dan keaslian. Menemukan keaslian permasalahan sangat penting.
c. Masalah harus mengumpulkan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih.
d. masalah harus menari dan sesuai dengan selere atau minat peneliti
e. Masalah harus jelas dan spesivik, sehinga semua orang akan mempunyai pemahaman yang sama tentang masalah tersebut.
B. PROPOSISI DAN HIPOTESIS

1. PROPOSISI
proposisi adalah kesimpulan teoritikkonsepsional tentang konstelasi hubungan antaravariabel sebagai jawaban teoritik. Terdapat tiga fakta yang dibutuhkan oleh tiap proposisi yaitu;
a. Adanya pernyataan yang diberi hukam ”ya” atau ”tidak”.
b. Adanya lafad yang memberi hukum kepada yang lain.
c. Adanya lafad sebagai alat penghubung antara dua lafad.
1) Kegunaan proposisi dalam penelitian
Proprsisi merupakan ungakapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diujikebenarannya.
2) Cara-cara merumuskan proposisi
Setiap akhir sebuah pembahasan teoritik akakn menghasilkan definisi konsepsional. Analisisi kensepsional akam melahirkan proposisi atau kerangka berpikir yang menganbarkan arah hubumgan antara variabel.
3) Contoh-contoh perumusun proposisi
Contoh dalam perumusan masalah yaitu dengan mengidentivikasi masalah.
2. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawabanResearch Question yang diajukan. Hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis (pernyataan). Pernyataan yang masih lemah perlu diuji apakah hipotesis dapatditerima atau tidak.
Pengertian hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara rethadap suatu masalah sampai terbukti kebenarannya oleh data atau fakta yang dikumpulka dari lapangan. Peneliti harus menguasai atau memiliki pengetahuan atau teoro yang relevan dengan masalah yang diteliti.
Perlunya hipotesis dalam penelitian
v sebagai piranti kerja teori
v hipotesis dapat diuji dan ditunjukan kemungkinan salahnya
v alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan.
1) Guna hipotesis
Ø Mengarahkan peneliti
Ø Masalah dan hipotesis membuat peneliti mampe mendeduksi manifestasi empiris tertentu yang tercakup dalam masalah.
2) Macam-macam hipotesis
a) Hipotesis nol
Hipotesis nol serinh disebut hipotesisstatistik, karena biasanyadipakai dalam penelitianbersifat statistik, yaitu diuji demgan hitungan statisti. Adapun cara-cara merumuskan hipotesis nol adalah:
Ø Tidak ada perbedaan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain.
Ø Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara traitextra version dengan komitmen pada dosen.
Ø Tidak ada pengaru program ekselerasi terhadap kecerdasan emosional siswaberbakat.
b) Hipotesis alternatif
Adanya saling berhubungan antara satu variabel atau lebihdan menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok-kelompok yang berbeda. Adapun cara-cara merumuskan hipotesis, hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis juga dinyatakan dalam kalimat deklarasidan dirumuskan secara jelas serta dapat diujibengan mengumpulkan data.
PENELITIAN KUALITATIF

A. Pengertian Metode Penelitian Kualitatif
Terdapat kesalahan pemahaman di dalam masyarakat bahwa yang dinamakan sebagai kegiatan penelitian adalah penelitian yang bercorak survei. Ditambah lagi ada pemahaman lain bahwa penelitian yang benar jika menggunakan sebuah daftar pertanyaan dan datanya dianalisa dengan menggunakan teknik statistik. Pemahaman ini berkembang karena kuatnya pengaruh aliran positivistik dengan metode penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah keunikan manusia atau gejala sosial yang tidak dapat dianalisa dengan metode yang dipinjam dari ilmu eksakta.
B. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif
1. Tentang fokus dan relenfansi studi teoritik
Metode penelitian kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi di lapangan dan datanya dianalisa dengan cara non-statistik meskipun tidak selalu harus menabukan penggunaan angka Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si peneliti sebagai alat. Peneliti harus mampu mengungkap gejala sosial di lapangan dengan mengerahkan segenap fungsi inderawinya. Dengan demikian, peneliti harus dapat diterima oleh responden dan lingkungannya agar mampu mengungkap data yang tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam dunia dan lingkungan responden.
Ada dua metode berfikir dalam perkembangan pengetahuan, yaitu metode deduktif yang dikembangkan oleh Aristoteles dan metode induktif yang dikembangkan oleh Francis Bacon. Metode deduktif adalah metode berfikir yang berpangkal dari hal-hal yang umum atau teori menuju pada hal-hal yang khusus atau kenyataan. Sedangkan metode induktif adalah sebaliknya. Dalam pelaksanaan, kedua metode tersebut diperlukan dalam penelitian. Kegiatan penelitian memerlukan metode yang jelas. Dalam hal ini ada dua metode penelitian yakni metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pada mulanya metode kuantitatif dianggap memenuhi syarat sebagai metode penilaian yang baik, karena menggunakan alat-alat atau intrumen untuk mengakur gejala-gejala tertentu dan diolah secara statistik. Tetapi dalam perkembangannya, data yang berupa angka dan pengolahan matematis tidak dapat menerangkan kebenaran secara meyakinkan. Oleh sebab itu digunakan metode kualitatif yang dianggap mampu menerangkan gejala atau fenomena secara lengkap dan menyeluruh.
Pada penelitian kualitatif, teori diartikan sebagai paradigma. Seorang peneliti dalam kegiatan penelitiannya, baik dinyatakan secara eksplisit atau tidak, menerapkan paradigma tertentu sehingga penelitian menjadi terarah. Dasar teoritis dalam pendekatan kualitatif adalah:
Pendekatan fenomenologis. Dalam pandangan fenomenologis, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.
Pendekatan interaksi simbolik. Dalam pendekatan interaksi simbolik diasumsikan bahwa objek orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki pengertian sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan kepada mereka. Pengertian yang dlberikan orang pada pengalaman dan proses penafsirannya bersifat esensial serta menentukan.
Pendekatan kebudayaan. Untuk menggambarkan kebudayaan menurut perspektif ini seorang peneliti mungkin dapat memikirkan suatu peristiwa di mana manusia diharapkan berperilaku secara baik. Peneliti dengan pendekatan ini mengatakan bahwa bagaimana sebaiknya diharapkan berperilaku dalam suatu latar kebudayaan.
Pendekatan etnometodologi. Etnometodologi berupaya untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri. Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang mulai melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka hidup. Seorang peneliti kualitatif yang menerapkan sudut pandang ini berusaha menginterpretasikan kejadian dan peristiwa sosial sesuai dengan sudut pandang dari objek penelitiannya.
2. Paradigma Metodologi Penelitian Kualitatif
Tiap penelitian berpegang pada paradigma tertentu. Paradigma menjadi tidak dominan lagi dengan timbulnya paradigma baru. Pada mulanya orang memandang bahwa apa yang terjadi bersifat alamiah. Peneliti bersifat pasif sehingga tinggal memberi makna dari apa yang terjadi dan tanpa ingin berusaha untuk merubah. Masa ini disebut masa pra-positivisme.
Setelah itu timbul pandangan baru, yakni bahwa peneliti dapat dengan sengaja mengadakan perubahan dalam dunia sekitar dengan melakukan berbagai eksperimen, maka timbullah metode ilmiah. Masa ini disebut masa positivisme.
Pandangan positivisme dalam perkembangannya dibantah oleh pendirian baru yang disebut post-positivisme. Pendirian post-positivisme ini bertolak belakang dergan positivisme. Dapat dikatakan bahwa post-positivisme sebagai reaksi terhadap positivisme. Menurut pandangan post-positivisme, kebenaran tidak hanya satu tetapi lebih kompleks, sehingga tidak dapat diikat oleh satu teori tertentu saja. Dalam penelitian, dikenal tiga metode yang secara kronologis berurutan yakni metode pra-positivisme, positivisme, dan post-positivisme. Ragam Paradigma Dalam Metode Penelitian
Dalam rangka melakukan pengumpulan fakta-fakta para ilmuwan atau peneliti terlebih dahulu akan menentukan landasan atau fondasi bagi langkah-langkah penelitiannya. Landasan atau fondasi tersebut akan dijadikan sebagai prinsip-prinsip atau asumsi-asumsi dasar maupun aksioma, yang dalam bahasanya Moleong disebut sebagai paradigma. Menurut Bogdan dan Biklen paradigma dinyatakan sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.
Paradigma didalam ilmu pengetahuan sosial memiliki ragam yang demikian banyak, baik yang berlandaskan pada aliran pemikiran Logico Empiricism maupun Hermeneutic. Masing-masing paradigma tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu para peneliti harus mempunyai pemahaman yang cukup terhadap dasar pemikiran paradigma-paradigma yang ada sehingga sebelum melakukan kegiatan penelitiannya, para peneliti dapat memilih paradigma sebagai landasan penelitiannya secara tepat.
Menurut Meta Spencer paradigma di dalam ilmu sosial meliputi :
(1) perspektif evolusionisme, (3) model konflik
(2) interaksionisme simbolik, (4) struktural fungsional.
Menurut George Ritzer paradigma di dalam ilmu sosial terdiri atas :
(1) Fakta sosial,
(2) Definisi sosial, dan
(3) Perilaku sosial.
Perbedaan dan keragaman paradigma dan atau teori yang berkembang di dalam ilmu pengetahuan sosial, menuntut para peneliti untuk mencermatinya di dalam rangka memilih paradigma yang tepat bagi permasalahan dan tujuan penelitiannya.
3. Jenis Alat Pengumpul Data
Jenis data yang akan dikumpulkan dan akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau ketidakberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan, dapat bersifat kualitatif, kuanrtitatif atau kombinasi keduanya. Jenis alat pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) harus diuraikan dengan jelas, seperti melalui pengarnatan partisipatif, pembuatan jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur assesmen, dan sebagainya.
Contoh cara pengumpulan data :
· Data hasil belajar, diambil dengan memberikan tes kepada siswa
· Data tentang situasi pembelajaran pada saat dilaksanakannya tindakan, diambil dengan menggunakan lemabar observasi.
· Data tentang repleksi diri serta perubahan - perubahan yang terjadi di kelas, diambil dari jurnal yang dibuat guru.
· Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan pembelajaran, didapatkan dari rencana pembelajaran dan lembar observasi.
Adapun beberapa alat yang dapat dipakai untuk membantu indra manusia dalam penelitian, yaitu:
1. Observasi 7. Pekerjaan Siswa
2. Interview 8. Audio taping or video taping
3. Quasioner 9. Catatan tingkah lakuksiswa (Anecdotal records)
4. Tes 10. Attitude Scales (Likert Scales or Semantic Differential)
5. Journal Siswa 11. Dokumentasi
6. Asesment

4. Ciri-ciri Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian lain. Untuk mengetahui perbedaan tersebut ada 15 ciri penelitian kualitatif yaitu:
1. Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah (natural setting).
2. Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara
3. Dalam penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data secara deskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka.
4. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil, artinya dalam pengumpulan data sering memperhatikan hasil dan akibat dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi.
5. Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari maknanya. Dengan demikian maka apa yang ada di balik tingkah laku manusia merupakan hal yang pokok bagi penelitian kualitatif. Mengutamakan data langsung atau “first hand”. Penelitian kualitatif menuntut sebanyak mungkin kepada penelitinya untuk melakukan sendiri kegiatan penelitian di lapangan.
6. Dalam penelitian kualitatif digunakan metode triangulasi yang dilakukan secara ekstensif baik tringulasi metode maupun triangulasi sumber data.
7. Mementingkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mencatat data yang sangat rinci mengenai hal-hal yang dianggap bertalian dengan masalah yang diteliti.
8. Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, jadi tidak sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya.
9. Mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dan segi pendiriannya.
10. Verifikasi. Penerapan metode ini antara lain melalui kasus yang bertentangan atau negatif.
11. Pengambilan sampel secara purposif. Metode kualitatif menggunakan sampel yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.
12. Menggunakan “Audit trail”. Metode yang dimaksud adalah dengan mencantumkan metode pengumpulan dan analisa data.
13. Mengadakan analisis sejak awal penelitian. Data yang diperoleh langsung dianalisa, dilanjutkan dengan pencarian data lagi dan dianalisis, demikian seterusnya sampai dianggap mencapai hasil yang memadai.
14. Teori bersifat dari dasar. Dengan data yang diperoleh dari penelitian di lapangan dapat dirumuskan kesimpulan atau teori.






DAFTAR PUSTAKA

Drs. Dersono Tj, M.Pd ”Dasar-dasar penelitian”, universitas terbuka, jakarta1999 cet ke-3
Suyanto bagas & sutina ”Metode penelitian sosial”, kencana, jakarta 2006 cet ke-2
Santoso, Gempur Drs, M. Kes Drs. 2005. ” Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif ”, Pengetahuan Seismologi”, Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta
Drs. Cholid Narbuko dkk, metodologi penelitian, (jakarta, Bumi Aksara, 2005) cet-7
Drs. H. Abuddin Nata, tafsir ayat-ayat pendidikan (jakarta, RadjaGrafindo, 2002) cet ke-1
Nuraidah, diktat metodologo penelitian, (Ciputat, Aulia Publishing House, 2008)
http://www.ditplb.or.id/new/index.php?menu=profile&pro=145
www.psikologi.ui.ac.id/curriculum.php?ch=07&tp=02-15k
www.massofa.wordpress.com/2008/01/14/kampus-tuntas-metode-penelitian-kuatitatif-bag-1

Sabtu, 28 Juni 2008

HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK

  1. Latar Belakang Masalah

Anak pada usia sekolah merupakan masa awal untuk menentukan perkembangan anak selanjutnya, terutama pada perkembangan kognitif anak pada usia sekolah yang paling berpengaruh pada perkembangan anak selanjutnya dan berpengaruh pada prestasi belajar anak. Perkembangan kognitif sering diartikan dengan mengetahui yang dalam arti luas berarti perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan. Kognotif juga disamaartikan dengan penalaran. (Jean Piaget) Sedangkan, prestasi belajar itu sendiri adalah perubahan tingkah laku siswa sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.

Perkembangan kognitif mempunyai hubungan dengan prestasi belajar, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh para ahli psikologi kognitif, seperti Jean Piaget. Namun, fenomena yang terjadi dilapangan ternyata bertolak belakang dengan teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget. Fenomena yang terjadi di lapangan ternyata siswa yang memiliki ranah cipta (kognitif) yang lebih tinggi dari teman-temannya hanya mampu mencapai hasil yang sama dengan dicapai dengan teman-temannya itu, bahkan bukan mustahil jika suatu saat siswa cerdas tersebut mengalami kemerosotan prestasi yang lebih rendah daripada prestasi temannya yang berkapasitas rata-rata.

Atas dasar pola pemikiran di atas maka peneliti merasa perlu untuk mengetahui dan menganalisa lebih jauh lagi mengenai teori Jean Piaget ini. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul: Hubungan Perkembangan Kognitif Anak Dengan Prestasi Belajar Anak.

  1. Perumusan Masalah

Dengan mengetahui perkembangan kognitif anak didik yang berbeda-beda pada setiap anak dan dengan adanya teori jean piaget yang mengemukakan bahwa perkembangan kognitif anak mempunyai hubungan dengan prestasi belajar anak serta kejadian di lapangan bahwa seorang siswa yang memiliki ranah cipta (kognitif) lebih tinggi dari pada teman-temannya, ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama dengan yang dicapai dengan teman-temannya itu, maka disimpulkan adanya perbedaan antara teori yang dikemukakan dengan Jean Piaget dengan fenomena yang terjadi di lapangan.

Dengan demikian maka pokok permasalahan yang akan dibahas sesuai dengan judul penelitian, antara lain:

1. Apakah adanya hubungan antara perkembangan kognitif siswa dengan prestasi belajar siswa?

2. Mengapa bisa terjadi siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi daripada teman-temannya ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama dengan teman-temannya bahkan bisa lebih rendah daripada siswa yang ranah kognitifnya rata-rata?

  1. Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan analisis yang benar-benar dapat dijadikan pembahasan, maka penulis membatasi pokok-pokok permasalahan yaitu pada masalah proses hubungan antara perkembangan kognitif anak dengan prestasi belajar siswa, sehingga dapat membahas gambaran secara benar dan akurat. Dengan demikian penulis tidak membahas mengenai perkembangan kognitif peserta didik pada keseluruhan jenjang pendidikan melainkan hanya menguraikan perkembangan kognitif anak pada tingkat SD(Sekolah Dasar).

  1. Hipotesis

Berdasarkan teori Jean Piaget maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara perkembangan kognitif anak dengan prestasi belajar anak.